Kamis, 05 Mei 2011

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan dapat menjaga keseimbangan dalam air karena memiliki organ-organ keseimbangan. Organ-organ keseimbangan tersebut yaitu, linea lateralis (gurat sisik), gelembung renang, dan sirip. Apabila salah satu bagian organ keseimbangan tersebut tidak berfungsi, maka akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan tubuh. Organ-organ ini dapat digunakan oleh ikan untuk menyeimbangkan proses osmoregulasi di dalam air. Osmoregulasi itu sendiri berarti regulasi atau difusi substansi-substansi melalui suatu membran.
Ikan adalah hewan yang hidup dalam air atau hewan aquatic yang memiliki mekanisme fisiologi yang tidak dimiliki oleh hewan darat, sehingga mengakibatkan ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air dan ion antara tubuh dan lingkungan disebut osmoregulasi. Air merupakan media hidup ikan, media itupun berbeda-beda yaitu perairan tawar, laut dan payau.
Ikan yang hidup pada air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hipoosmotik terhadap lingkungan yaitu kadar garam dalm tubuh ikan lebih besar dari pada kadar garam yang ada di sekitarnya, sehingga untuk dapat menyusaikan diri, ikan tersebut banyak mengeluarkan urine. Batas toleransi kadar garam berbeda-beda untuk setiap jenis ikan. Ikan yang mempunyai batas toleransi yang besar terhadap salinitas disebut euryhaline, sedangkan yang mempunyai toleransi yang sempit terhadap salinitas disebut stenohaline.
Ketahanan terhadap kelaparan diduga berhubungan dengan kapasitas ikan dalam melakukan proses osmoregulasi dan penurunan konsumsi energi untuk proses metabolisme. Cara ikan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya berhubungan dengan kandungan kadar garam dalam perairan oleh karena itu ikan mempunyai daya osmoregulasinya. Sehingga pada praktikum ini akan di bahas tentang toleransi ikan terhadap salinitas pada air di dalam akuarium.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya praktikum Fisiologi Biota Air mengenai toleransi terhadap salinitas adalah untuk mengetahui daya toleransi ikan terhadap salinitas, khusunya pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Kegunaan diadakannya praktikum Fisiologi Biota Air mengenai toleransi terhadap salinitas adalah agar mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai ketahan ikan khususnya pada lele dumbo (Clarias gariepinus) terhadap perubahan salinitas.








II. TINJAUAN PUSTAKA
Osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau dengan kata lain suatu proses pengaturan tekanan osmosis di dalam air (Fujaya, 2004).
Perbedaan proses osmoregulasi pada beberapa golongan ikan, maka struktur organ osmoregulasinya juga kadang berbeda. Beberapa organ yang berperang dalam proses osmoregulasi ikan yaitu ingsan, ginjal, dan usus. Organ ini melakukan fungsi adaptasi di bawah kontrol hormone osmoregulasi, terutama hormon yang di sekresi oleh pituitary, ginjal, dan urofisis ( Lesmana, 2001).
Proses osmoregulasi pada ikan air tawar menyebabkan mineral dan garam cepat hilang pada air pemeliharaan, sedangkan pada pemeliharaan ikan laut, air akan menjadi semakin pekat akibat pengeluaran garam dan pengambilan air (Subani, 1984).
Stickney (1979) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.
Pada lele, menurut Najiyati (1992), alat pernapasan tambahan terletak di bagian kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu 1 pasang sungut hidung, 1 pasang sungut maksilan (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang.
Brotowijoyo (1995), reproduksi pada ikan dipengaruhi oleh kadar air, distribusi dan lama hidup ikan serta orientasi migrasi dan kadar garam dapat juga mempengaruhi regulasi osmotik dan menentukan banyaknya telur-telur ikan yang dapat melayang di permukaan.














III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Biota Air tentang toleransi terhadap salinitas, dilaksanakan pada hari, Senin Tanggal 25 April 2011, pada pukul 13.00 Wita sampai dengan selesai, praktikum ini bertempat di Laboratorium Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah akuarium, bak plastik, timbangan neraca, timbangan duduk dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah garam , air dan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dalam keadaan hidup.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja praktikum fisiologi biota air tentang toleransi terhadap salinitas yaitu :
• Menyediakan garam 1800 gr, kemudian mengisi akuarium dengan 10 liter air.
• Menimbang lele dumbo (Clarias gariepinus) sebelum perlakuan
• Memasukkan lele dumbo (Clarias gariepinus) ke dalam akuarium dan menghitung jumlah pernapasannya.
• Menambahkan garam sebanyak 200 gr secara terus menerus dengan selang waktu 3 menit dan mengaduknya pada setiap penambahan. Penambahan garam dihentikan apabila ikan mengalami kematian ataupun pada saat garam yang dimasukkan kedalam air telah mencapai 1800 gr.
• Mencatat jumlah pernapasan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada setiap kali penambahan garam
• Menimbang kembali berat lele dumbo (Clarias gariepinus) setelah perlakuan.

















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan di laboratorium maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

Grafik 1. Perubahan Jumlah Respirasi
Tabel 1. Pengukuran berat badan ikan
Berat ikan
Sebelum perlakuan 32,5 gr
Sesudah perlakuan 30,6 gr





4.2 Pembahasan
Berdasarkan pada hasil yang didapatkan dalam laboraturium, Ikan lele dumbo termasuk ikan yang memiliki sifat stenohaline yaitu ikan yang memiliki toleransi yang sempit terhadap salinitas. Hal ini ditandai dengan pada waktu pemberian garam sebanyak 200 gr ke dalam akuarium, pergerakan dan jumlah pernapasannya menurun di banding pada saat air dalam akuarium masih normal, dan pada saat pemberian garam sebanyak 600 gr kondisi ikan lele semakin tidak normal dan jumlah pernafasannya pun menurun drastis. Kondisi tersebut terjadi sampai pada pemberian garam terakhir yaitu 1800 gr dengan jumlah penapasan 6 kali dalam 3 menit.
Dari grafik yang diperoleh menujukan kondisi Ikan mati pada penambahan 1800 gr garam dan hal ini disebabkan karena ikan tidak mampu lagi megimbangi salinitas yang ada di air, hal ini diperkuat dengan pernyataan Lesmana (2001), bahwa ikan sebagai hewan yang hidup di air mempunyai kapasitas osmoregulasi melalui membran yang dalam hal ini adalah insang. Terganggunya proses osmoregulasi dapat disebabkan karena insang menjadi lebih permeabel sehingga sulit dilalui air. Akibatnya pengeluaran garam dari insang menjadi terhenti dan menyebabkan gagal ginjal dan akan menyebabkan ikan mati
Adapun berat dari ikan sebelum perlakuan adalah 32,5 gr menyusut karena pemberian garam menjadi 30,6 gr, karena ketika salinitas air bertambah ikan air tawar akan melakukan daya osmoregulasi dengan cara mengeluarkan urine untuk menyeimbangkan kadar garam dalam tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Fujaya (1999) yang menyatakan bahwa ikan air tawar akan mengeluarkan ion-ion ke lingkungan dengan cara difusi sehingga ion-ion dalam tubuh akan berkurang dan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, akan memproduksi sejumlah urine sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.




















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Lele dumbo (Clarias gariepinus) memiliki sifat stenohalin, karena ikan ini memiliki toleransi yang sempit terhadap salinitas.
2. Pada saat salinitas air bertambah Lele dumbo (Clarias gariepinus) melakukan daya osmoregulasi dengan cara mengeluarkan urine untuk menyeimbangkan kadar garam dalam tubuhnya.
3. Pada saat perlakuan 1800 gr, Lele dumbo (Clarias gariepinus) mati karena tidak mampu mengimbangi salinitas yang ada dalam air.
5.2. Saran
Saran saya sebagai praktikan agar ikan yang digunakan dalam praktikum lebih beragam.







DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo dkk, 1995. Pengantar Lingkungan Perairan Dan Budidaya Air. Liberty, Yogyakarta.

Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar

Fujaya Y., 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta, Jakarta.

Lesmana D., 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Stickney, 1979. Kehidupan di Dalam Air. Tira Pustaka, Jakarta.

Subani, 1984. Kehidupan di Dalam Air. Tira Pustaka, Jakarta.













LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
FISIOLOGI BIOTA AIR
TOLERANSI TERHADAP SALINITAS





Oleh :

UMMY MAHMUDA
E 271 09 011

















PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011